1. PT. Bank CIMB Niaga ( Bank
Niaga + Lippo Bank )
Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melalui penggabungan usaha. Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entity ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dalam bentuk merger, akuisisi, dan konsolidasi. Merger dan akuisisi merupakan suatu cara pengembangan dan pertumbuhan perusahaan.
Contoh yang paling kuat saat ini adalah dorongan dari Bank Indonesia melalui kebijakan single presence agar bank-bank nasional melakukan merger agar menjadi lebih efisien, lebih kokoh dalam permodalan sehingga memiliki daya saing yang kuat secara internasional. Dorongan yang sama pun berlaku di perusahaan-perusahaan sekuritas, asuransi dan lainnya dengan sasaran akhir yang sama pula.Merger di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 27/1998 mengenai Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Public atau Emiten.
Pendapat Dan Saran Dari segi
positif dan negatif adanya merger:
Dampak positifnya antara lain:
1. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar
perusahaan yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat memanage
risiko likuiditas dengan lebih fleksibel.
2. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat
tetapi tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage biaya
akibat bertambahnya skala usaha.
3. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian dapat
memperbesar margin bunga pinjaman.
Sedangkan pengaruh negatifnya
antara lain:
1. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat
terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga
penjualan sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
2. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada pihak
direksi, manajer dan karyawan.
3. Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan
pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan perbankan
hasil merger.
4. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik
diantara para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil
merger tersebut dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali.
5. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi
efisiensi sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari
sebagian pihak direksi dan staf profesional.
6. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil
merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek.
Contoh yang paling kuat saat ini adalah dorongan dari Bank Indonesia
melalui kebijakan single presence agar bank-bank nasional melakukan merger agar menjadi lebih efisien, lebih
kokoh dalam permodalan sehingga memiliki daya saing yang kuat secara
internasional.
Sukses merger dari bank papan
atas seperti Bank Mandiri, Bank Danamon dan Bank Permata telah merangsang
bank-bank pada papan menengah seperti Bank Haga dan Bank Hagakita untuk
bergabung dengan pihak bank asing Rabobank. Dan terakhir ini kita melihat adanya
minat dari bank-bank kecil menengah (Bank Harta, Bank Mitraniaga, Bank Harmoni)
untuk melakukan strategi serupa.
Daftar Akuisisi dan Merger
Bank di Indonesia antara lain:
Nama Bank Akuisisi Saham %
01. Konsorsium Wishart Bank
Anglomas Intl 90
02. Hana Bank + IFC Bank
Bintang Manunggal 61
03. Triputra Persada R Bank
Purba Danarta 81,49
04. Kharisma Putra K Bank Ina
Perdana 55
05. Dian Intan Pertiwi Bank
Finconesia 51
06. Bank Victoria Bank Swaguna
99,79
07. Rabobank Bank Haga &
Hagakita -
08. BoTM-UFJ+Acom Bank
Nusantara P 75,41
09. Bank Commonwealth Bank
Arta Niaga K 80
10. BRI Bank Jasa Arta 100
11. Bank of India Bank Swadesi
90
12. ICBC Bank Halim 90
13. Bank Index Selindo Bank
Harmoni -
14. Bank Multicor Bank Windu
Kentjana -
15. Bank Panin Bank Harfa 100
16. Bank Mandiri Bank Sinar H
(Bali) 80
17. Mercy Corps Bank Sri
Partha 68
Data diatas, dapat anda lihat
pada http://blogelytekonomi.blogspot.com/2009/06/merger-dan-akuisisi.html
Selain Bank, Ada beberapa
Perusahaan yang juga bergabung dengan cara M&A (Marger&Akuisisi),
antara lain :
Yang sedang hangat adalah
langkah agresif PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengakuisisi PT PP London
Sumatera Tbk (LSIP). Yang lainnya adalah PT BAT Indonesia Tbk dengan PT
Benthoel International Investama Tbk sejak tahun 2009. Dan yang sedang dikaji
oleh Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah kemungkinan
merger atau penggabungan PT Semen Gresik Tbk dengan PT Semen Kupang, untuk
menyelamatkan perusahaan semen tersebut. Dan beberapa perusahaan yang lain.
Merger dan Akuisisi di Indonesia
Sepanjang 2010 Capai Nilai 23 Triliun
Sepanjang tahun 2010 ini marak
terjadi aksi merger dan akuisisi di antara perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Aksi merger dan akuisisi ini memiliki beberapa alasan. Pertumbuhan dan
diversifikasi baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan
tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi
dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing
atau mengurangi persaingan.
Sementara itu kesempatan untuk
melakukan sinergi dan mencapai economies of scale yang mampu memangkas biaya produksi per unit menjadi salah satu faktor yang
dapat dicapai dengan merger dan akusisi. Tujuan untuk mencari sumber dana baru
juga menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam melakukan merger dan akuisisi.
Proses akuisisi menguntungkan perseroan karena kapitalisasi pasar saham
perusahaan menjadi lebih besar.
Akusisi juga
dipercaya menguntungkan bukan hanya bagi perusahaan, akan tetapi juga bagi
investor saham karena kapitaliasi pasar saham perusahaan menjadi lebih besar. Emiten yang tadinya masuk di saham yang berkapitalisasi menengah-bawah,
dapat ‘naik tingkat’ ke atas.
Berikut ini adalah beberapa aksi
merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang tahun 2010 di Indonesia:
Nilai transaksi akuisisi
terbesar dilakukan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Perseroan akan
mengakuisisi tiga anak usaha Grup Sinar Mas senilai total Rp 4,4 triliun. Tiga
perusahaan yang akan diakuisisi pengembang properti di kawasan Serpong,
Tangerang, Banten itu adalah 85.3% saham PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) senilai Rp
3.47 triliun, 55% saham PT Sinar Mas Wisesa Rp 387.1 miliar, dan 60% saham PT
Sinar Mas Teladan senilai Rp 500.9 miliar.
Posisi berikutnya diduduki
oleh PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) yang mengakuisisi enam anak
usaha Domba Mas senilai Rp 3.16 triliun. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BBRI) yang akan mengakuisisi PT Bank Agro sekitar Rp 2 triliun, dan PT United
Tractors Tbk yang akan mengakuisisi salah satu perusahaan tambang batu bara
pada kuartal IV-2010 senilai US$ 200 juta atau setara Rp 1.8 triliun.
PT Kalbe Farma Tbk dan PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk juga menyiapkan dana masing-masing Rp 1 triliun
untuk akuisisi. Sejumlah emiten lain juga menyiapkan agenda akuisisi dan
merger, terutama pada kuartal IV-2010. Namun, hingga kini, belum diketahui
nilai transaksi akuisisi maupun merger tersebut seperti rencana PT Semen Gresik
Tbk (SMGR) yang bakal mengakuisisi Cement Industries of Malaysia Bhd. Perseroan
kabarnya mengalokasikan dana US$ 300 juta untuk akuisisi tersebut.
Demikian pula rencana merger
Esia, produk CDMA PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan Flexi, produk PT Telkomsel,
anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kendati gaungnya kian
kencang, hingga kini belum terang berapa nilai merger Esia dan Flexi tersebut.
(Ivan M Sibarani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar